Bahasan
tentang kuantitas dan kualitas selalu menarik untuk diperdebatkan. Sebagian orang
beranggapan kuantitas lebih penting dari kualitas, namun sebaliknya beranggapan
kalau kualitas yang lebih utama. Bahasan kedua kata tersebut melahirkan paham
kuantitatif dan paham kualitatif. Banyak contoh-contoh yang dapat dilihat di
sekitar kita. Misalnya dalam beribadah ada yang menganggap semakin banyak amal
akan semakin baik, ada pula yang beranggapan yang penting adalah ihlasnya bukan
banyaknya. Soal yang mungkin sepele misalnya makan, ada yang beranggapan makan
itu yang penting banyak dan murah, ada pula yang berfikir yang penting enak
walaupun sedikit dan mahal.
Tidak
akan ada habisnya jika kualitas dan kuantitas diperdebatkan. Mungkin perlu
kajian dan penelitian mendalam dan cermat untuk mengetahui mana yang perlu
dikedepankan antara kualitas dengan kuantitas. Menurut bahasa, kuantitas
berarti jumlah sedangkan kualitas berarti derajat atau taraf. Dari segi arti, untuk tahu kuantitas benda
atau sesuatu tidak begitu membutuhkan banyak indera. Cukup dilihat atau diraba
mungkin sudah akan tahu. Sedangkan untuk tahu kualitas benda atau sesuatu
dibutuhkan beberapa indera untuk menganalisisnya. Dari situ sudah dapat ditarik
kesimpulan bahwa kualitas itu lebih penting dari pada kuantitas.
Sejarah
juga membuktikan bahwa kualitas itu lebih baik dari pada kuantitas. Kita semua
pasti tahu kedahsyatan perang badar, di sana jelas sekali terlihat bahwa
kualitas mampu mengalahkan kuantitas. Orang-orang mu’min mempunyai keyakitan
tinggi bahwa Allah akan menolong mereka walaupun secara kuantitas mereka jauh
dari kaum kafir quraish. Pada akhirnya
jumlah yang banyak itu kalah dengan jumlah yang sedikit namun mempunyai
kenyakinan akan menang atas bantuan dari Allah. Sekali lagi kualitas
membuktikan lebih baik dari kuantitas.
Namun
disatu sisi mengunggulkan salah satu antara kuantitas dan kualitas juga kurang
tepat, karena kuantitas juga menjadi salah satu alat ukur kualitas juga. Misalnya
jumlah tanaman yang berbuah dengan tanaman yang tidak berbuah dalam suatu kebun
juga bisa menunjukkan kualitas tanah kebun tersebut. Atau sebaliknya kualitas
tanah akan berpengaruh pada kuantitas tanaman yang hidup dan berbuah. Jadi alangkah
baiknya jika kuantitas dan kualitas ini bisa berjalan bersama dan beriringan. Pasti
akan lebih baik jika kita bisa beribadah lebih banyak dan ihlas dari pada
sedikit namun kurang ihlas.
Jika
kedua hal tersebut dikaitkan dengan parameter majunya sebuah sekolah, mungkin
kurang tepat jika hanya mengedepankan salah satu dari kuantitas dan kualitas. Terlalu
berorientasi dengan kuantitas itu sama halnya melakukan sesuatu yang tidak
efektif dan efisien, mungkin nampaknya besar namun sebenarnya rapuh dan tidak
berbobot. Akan tetapi jika hanya mengedepankan kualitas dapat juga diartikan
terlalu idealis atau bahkan terlalu muluk dengan tidak memperhatikan kemampuan
dan sumber daya yang ada. Maka dari itu perlu menjadi perhatian bersama
bahwasanya selalu menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas itu sangat
penting, banyak saja tidak cukup karena yang baik itu lebih utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar