Selasa, 24 Februari 2015

Tentang Kuantitas dan Kualitas



Bahasan tentang kuantitas dan kualitas selalu menarik untuk diperdebatkan. Sebagian orang beranggapan kuantitas lebih penting dari kualitas, namun sebaliknya beranggapan kalau kualitas yang lebih utama. Bahasan kedua kata tersebut melahirkan paham kuantitatif dan paham kualitatif. Banyak contoh-contoh yang dapat dilihat di sekitar kita. Misalnya dalam beribadah ada yang menganggap semakin banyak amal akan semakin baik, ada pula yang beranggapan yang penting adalah ihlasnya bukan banyaknya. Soal yang mungkin sepele misalnya makan, ada yang beranggapan makan itu yang penting banyak dan murah, ada pula yang berfikir yang penting enak walaupun sedikit dan mahal.
Tidak akan ada habisnya jika kualitas dan kuantitas diperdebatkan. Mungkin perlu kajian dan penelitian mendalam dan cermat untuk mengetahui mana yang perlu dikedepankan antara kualitas dengan kuantitas. Menurut bahasa, kuantitas berarti jumlah sedangkan kualitas berarti derajat atau taraf.  Dari segi arti, untuk tahu kuantitas benda atau sesuatu tidak begitu membutuhkan banyak indera. Cukup dilihat atau diraba mungkin sudah akan tahu. Sedangkan untuk tahu kualitas benda atau sesuatu dibutuhkan beberapa indera untuk menganalisisnya. Dari situ sudah dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas itu lebih penting dari pada kuantitas.
Sejarah juga membuktikan bahwa kualitas itu lebih baik dari pada kuantitas. Kita semua pasti tahu kedahsyatan perang badar, di sana jelas sekali terlihat bahwa kualitas mampu mengalahkan kuantitas. Orang-orang mu’min mempunyai keyakitan tinggi bahwa Allah akan menolong mereka walaupun secara kuantitas mereka jauh dari kaum kafir quraish.  Pada akhirnya jumlah yang banyak itu kalah dengan jumlah yang sedikit namun mempunyai kenyakinan akan menang atas bantuan dari Allah. Sekali lagi kualitas membuktikan lebih baik dari kuantitas.
Namun disatu sisi mengunggulkan salah satu antara kuantitas dan kualitas juga kurang tepat, karena kuantitas juga menjadi salah satu alat ukur kualitas juga. Misalnya jumlah tanaman yang berbuah dengan tanaman yang tidak berbuah dalam suatu kebun juga bisa menunjukkan kualitas tanah kebun tersebut. Atau sebaliknya kualitas tanah akan berpengaruh pada kuantitas tanaman yang hidup dan berbuah. Jadi alangkah baiknya jika kuantitas dan kualitas ini bisa berjalan bersama dan beriringan. Pasti akan lebih baik jika kita bisa beribadah lebih banyak dan ihlas dari pada sedikit namun kurang ihlas.
Jika kedua hal tersebut dikaitkan dengan parameter majunya sebuah sekolah, mungkin kurang tepat jika hanya mengedepankan salah satu dari kuantitas dan kualitas. Terlalu berorientasi dengan kuantitas itu sama halnya melakukan sesuatu yang tidak efektif dan efisien, mungkin nampaknya besar namun sebenarnya rapuh dan tidak berbobot. Akan tetapi jika hanya mengedepankan kualitas dapat juga diartikan terlalu idealis atau bahkan terlalu muluk dengan tidak memperhatikan kemampuan dan sumber daya yang ada. Maka dari itu perlu menjadi perhatian bersama bahwasanya selalu menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas itu sangat penting, banyak saja tidak cukup karena yang baik itu lebih utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar